Hanyalah jeritan tangis saat awal aku melihat dunia, karena memang hanya itu yang bisa aku lakukan, dan kau melebarkan senyuman bahagia dengan airmata di wajahmu. Kau BERTARUH NYAWA hanya demi melahirkan seorang AKU.
Ibu.. begitulah kau mengajariku menyebut panggilan untukmu.
Ibu selalu menjagaku, memberikan aku ASI, bercanda denganku hanya untuk membuat aku tertawa, padahal saat itu mungkin kau sedang lelah setelah bekerja. Setiap hari kau siapkan semua perlengkapan sekolahku, kau utamakan pendidikanku dan kau korbankan segala keinginanmu untuk itu. Kau dengarkan setiap keluh kesahku saat aku berada di sekolah, dan tanpa aku tahu bahwa Ibu juga memiliki beban yang lebih berat dariku, sesungguhnya kewajibanku hanyalah belajar, tapi Ibu? Begitu besar pengorbananmu bu, tapi... TIDAK sedikitpun kau memperlihatkannya padaku, kau tetap tersenyum.
Tapi apa balasanku? Sering aku membuatmu sebagai bahan candaan dengan teman - temanku, membicarakan setiap 'omelan' yang kau berikan padaku bu. Padahal aku tahu kalau Ibu hanya ingin yang terbaik untukku.
Tidak pernah sedikitpun Ibu menertawakanku bersama teman - temannya, tapi justru Ibu selalu membanggakan aku sebagai anaknya yang pintar dan hebat. Begitu bangganya Ibu kepadaku. Tapi apa yang aku lakukan?
Ibu akankah kau sadar?
Sadar betapa jahatnya anak yang kau banggakan ini bu.
Aku menghianati janji - janji ku kepada Ibu.
Aku terkadang melupakan setiap pesan yang Ibu berikan.
Aku menceritakan kejelekan Ibu kepada teman - temanku.
Ibu tidakkah kau MENYESAL melahirkan anak sepertiku?
Ibu maafkan aku bu...
Kini kerutan diwajahmu semakin terlihat bu, dan kau tetap berjuang untuk kebahagiaanku kelak. Ucapan Ibu yang selalu menguatkan setiap anak...
"Nak... kamu harus lebih baik ya dari Ibu, jangan lupa sholat, dan tetap semangat ya nak... Apapun yang terjadi kamu tetap anak Ibu yang terbaik Nak"
Aku merasa sangatlah beruntung dilahirkan dari rahim seorang Ibu yang kuat, hebat, luarbiasa seperti Ibu.
Ibu... akankah kau sadar dengan apa yang aku lakukan?
Dengan beratus, beribu, dan bahkan berjuta - juta kali aku menyakitimu, sejak awal aku dilahirkan, kau rela membersihkan kotoranku walaupun kau sedang melahap makan siangmu bu, kau berhenti dan membersihkan tubuhku, kemudian melanjutkan makan tanpa ada rasa jijik kepadaku.
Kasih Sayang Ibu |
Mungkin sekilas itu bisa di maklumi karena Aku belum mengerti. Namun, walaupun aku sudah beranjak remaja dan dewasa aku tetap sering menyakitimu bu, bahkan dengan hal - hal yang lebih parah.
Ibu... maafkan aku bu.. maafkan aku...
Seandainya suatu saat engkau menyadari betapa jehatnya anak yang kau banggakan ini akankah kau meninggalkanku bu?
(renungan kalbu)