Masih
teringat dahulu kala Dirin merasa sangat sedih dengan perubahan Poo, menjadi
manusia yang tak dikenalinya. Hubungan mereka seakan baik – baik saja.
Kebingungan menyelimuti diri Poo pertanyaan yang sangat sering melewati angan
ketika ia termenung “Apakah dia wanita
yang aku cari, apakah dia akan menerima keadaanku saat ini dan nanti?” hal
itu yang membuat hubungan mereka menjadi sedikit meragukan. Sementara pada
awalnya Dirin hanya melihat dan menunggu respon dari kebingungan Poo. Tapi
semakin dewasa wanita lebih membutuhkan kepastian, pandangan masa depan, tapi
ketika Dirin mengungkapkan apa yang ia katakana untuk merajut masa depan,
respon Poo adalah “Aku semakin ragu
apakah dia yang akan aku pilih”.
Apa
yang harus Dirin perbuat? Dirin ingin memperbaiki diri menjalani apa yang dilakukan
seperti pasangan lain tidak mungkin dilakukan untuk saat ini, tapi dengan
respon Poo yang terus meragu, Dirin menjadi ragu, dan mengatakan “Apakah harus dia yang aku pilih? Ia tak
pernah bicara serius, ia tak pernah mengajakku berdiskusi tentang target hidup,
ia tak pernah berdiskusi serius mengenai keseriusannya” Dimana titik
keseimbangan antara kedua anak manusia ini? Tuhan yang akan menjawab bagaimana
hubungan mereka akankah berkembang atau hanya demikian dan berakhir menjadi
sepasang sahabat.
Kekecewaan
pasti terkadang dirasakan oleh keduanya, tapi bukan levelnya lagi kekecewaan
hanya karena cemburu sederhana namun tak ada perhatian yang menunjukkan
keseriusan. Tak akan ada wanita yang selingkuh ketika pasangannya menunjukkan
bahwa kesungguhannya untuk merajut hidup bersama itu ada. Berdalih bahwa itu
tak pernah diungkapkan hanya dengan asumsi “Aku
takut gagal, Aku takut mengecewakanmu, Aku hanya ingin semuanya mengalir begitu
saja” tidak, yang dibutuhkan hanyalah waktu dimana pupil mata saling
menatap dan terdengar ucapan yang berani dan mengatakan “Aku siap, Aku akan berusaha, Aku sedang berjuang, untuk kamu, hanya
kamu, target hidup terbesarku adalah bahagia bersamamu” tak ada rasa curiga
seperti halnya anak SMA tak ada rasa canggung untuk mengatakan kejujuran
seperti halya anak SD tak ada rasa malu untuk mengungkapkan apa yang terjadi dan
dirasa layaknya seorang balita. Namun itu semua tak ada, namun itu semua tak
terjadi, arah angin pun semakin tak tentu kemana membawa arah air mengalir.
Dimana wadah sesungguhnya? Apakah ini wadah yang seharusnya? Atau perlu keluar
untuk memperbaiki wadah lalu baru kembali bersatu membentuk pola yang indah.