About Me

Sunday, December 25, 2016

Lebih Baik Sekarang atau Dahulu

Masih teringat dahulu kala Dirin merasa sangat sedih dengan perubahan Poo, menjadi manusia yang tak dikenalinya. Hubungan mereka seakan baik – baik saja. Kebingungan menyelimuti diri Poo pertanyaan yang sangat sering melewati angan ketika ia termenung “Apakah dia wanita yang aku cari, apakah dia akan menerima keadaanku saat ini dan nanti?” hal itu yang membuat hubungan mereka menjadi sedikit meragukan. Sementara pada awalnya Dirin hanya melihat dan menunggu respon dari kebingungan Poo. Tapi semakin dewasa wanita lebih membutuhkan kepastian, pandangan masa depan, tapi ketika Dirin mengungkapkan apa yang ia katakana untuk merajut masa depan, respon Poo adalah “Aku semakin ragu apakah dia yang akan aku pilih”.
Apa yang harus Dirin perbuat? Dirin ingin memperbaiki diri menjalani apa yang dilakukan seperti pasangan lain tidak mungkin dilakukan untuk saat ini, tapi dengan respon Poo yang terus meragu, Dirin menjadi ragu, dan mengatakan “Apakah harus dia yang aku pilih? Ia tak pernah bicara serius, ia tak pernah mengajakku berdiskusi tentang target hidup, ia tak pernah berdiskusi serius mengenai keseriusannya” Dimana titik keseimbangan antara kedua anak manusia ini? Tuhan yang akan menjawab bagaimana hubungan mereka akankah berkembang atau hanya demikian dan berakhir menjadi sepasang sahabat.

Kekecewaan pasti terkadang dirasakan oleh keduanya, tapi bukan levelnya lagi kekecewaan hanya karena cemburu sederhana namun tak ada perhatian yang menunjukkan keseriusan. Tak akan ada wanita yang selingkuh ketika pasangannya menunjukkan bahwa kesungguhannya untuk merajut hidup bersama itu ada. Berdalih bahwa itu tak pernah diungkapkan hanya dengan asumsi “Aku takut gagal, Aku takut mengecewakanmu, Aku hanya ingin semuanya mengalir begitu saja” tidak, yang dibutuhkan hanyalah waktu dimana pupil mata saling menatap dan terdengar ucapan yang berani dan mengatakan “Aku siap, Aku akan berusaha, Aku sedang berjuang, untuk kamu, hanya kamu, target hidup terbesarku adalah bahagia bersamamu” tak ada rasa curiga seperti halnya anak SMA tak ada rasa canggung untuk mengatakan kejujuran seperti halya anak SD tak ada rasa malu untuk mengungkapkan apa yang terjadi dan dirasa layaknya seorang balita. Namun itu semua tak ada, namun itu semua tak terjadi, arah angin pun semakin tak tentu kemana membawa arah air mengalir. Dimana wadah sesungguhnya? Apakah ini wadah yang seharusnya? Atau perlu keluar untuk memperbaiki wadah lalu baru kembali bersatu membentuk pola yang indah.